Apa yang ditabur akan dituai ! Janganlah menabur dalam masa mudamu dengan pesta pora, pergaulan bebas dan merusak kegadisan seseorang atau menyerahkan kegadisan pada seseorang yang belum pasti menjadi pasanganmu. Jikalau kamu menabur dengan merusak kegadisan seseorang, maka kamu tidak akan luput dari murka Allah, entah anakmu kemudian akan dirusak atau hancur rumah tangganya, jauh dari berkat dan damai sejahtera atau mungkin saudaramu akan hancur masa depannya, mungkin juga bisnis orang tuamu akan mengalami kemunduran, kerugian. Bahkan rumah tanggamu sendiri akan jauh dari yang disebutkan BAHAGIA, karena bahagia itu bukan berasal dari dunia dan cara hidupmu, namun dari TUHAN.
Bagi orang tua, harus bisa menjaga anaknya yang akil balig sampai menikah, karena itu adalah akhir dari masa mudanya dan sangat menentukan seumur hidupnya. Ishak menjadi anak perjanjian dan anak konglomerat, namun ia hidup dalam kesukaan Tuhan dan mendapatkan pasangan dari pilihan orangtuanya yang hidupnya tidak duniawi yaitu Ribka (Kej. 24). Ishak menjadi anak yatim karena ibunya Sara telah meninggal dalam usia 120 tahun, dan Abraham mengambil otoritas Allah untuk mengawasi dan mencarikan jodoh bagi anaknya.
Kejadian 23:2
“Kemudian matilah Sara di Kiryat-Arba, yaitu Hebron, di tanah Kanaan, lalu Abraham dating meratapi dan menangisinya”.
Abraham menjadi bapak sekaligus menjadi ibu dalam usia tua, karena Abraham melihat jauh ke depan (visioner). Abraham meminta hambanya untuk bersumpah agar tidak mengambilkan bagi Ishak seorang dari perempuan Kanaan (duniawi walaupun tinggal di tempat rohani). Mengapa Abraham meminta hambanya untuk bersumpah ? Abraham takut kalau Ishak yang belum berpengalaman akan terpikat oleh kemolekan dari wanita Kanaan (duniawi/hura-hura/tidak takut Tuhan).
Kejadian 24:3
“supaya aku mengambil sumpahmu demi TUHAN, Allah yang empunya langit dan yang empunya bumi, bahwa engkau tidak akan mengambil untuk anakku seorang isteri dari antara perempuan Kanaan yang di antaranya aku diam”.
Karena Abraham itu tahu dengan jelas bahwa anak muda akan mudah terpengaruh oleh lingkungan atau temannya atau omongan orang lain daripada orang tuanya sendiri.
Kejadian 24:4 :
“Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku."
Abraham tahu bahwa Ishak itu adalah anak penurut, namun demikian ia tahu bahwa godaan terlalu banyak, dan Ishak akan bisa terjerumus, oleh karena itu ishak tidak ikut agar tidak terpengaruh penampilan atau jebakan iblis.
Kejadian 24:6
“Tetapi Abraham berkata kepadanya: "Awas, jangan kaubawa anakku itu kembali ke sana”.
Abraham sebagai orang tua tidak bisa mengandalkan kekayaan dan warisannya pada Ishak karena itu akan habis, namun JANJI TUHAN-lah yang harus ia pegang dan turuti, karena Ishak adalah anak perjanjian serta dari keturunannya Tuhan akan memberi negeri ini.
Kejadian 24:7a
“TUHAN, Allah yang empunya langit, yang telah memanggil aku dari rumah ayahku serta dari negeri sanak saudaraku, dan yang telah berfirman kepadaku, serta yang bersumpah kepadaku, demikian: kepada keturunanmulah akan Kuberikan negeri ini —“
Abraham mengingatkan agar jangan membawa anaknya kembali ke negerinya dahulu dimana Abraham pernah dibesarkan, karena Abraham tahu bahwa Tuhan akan turut campur dalam hal jodoh.
Kejadian 24:7b
“Dialah juga akan mengutus malaikat-Nya berjalan di depanmu, sehingga engkau dapat mengambil seorang isteri dari sana untuk anakku”.
Abraham tidak mau anaknya terpengaruh dan tertarik akan gadis-gadis Kanaan, yaitu orang yang hidup di tanah perjanjian dan menikmati karunia Kanaan, namun tidak takut akan Tuhan. Di akhir zaman hal serupa terjadi Kanaan yaitu zona rohani, banyak orang-orang yang hidup dalam baju rohani dan mempunyai karunia serta talenta rohani namun hatinya tidak ada Tuhan.
Pesta yang besar dan mewah tidak menjamin bahagianya suatu pernikahan, harus dimulai melalui suatu pengenalan dan ujian lebih dahulu (mengikuti konseling pra-nikah, walaupun belum punya pacar, agar diajari melihat jauh ke depan/visioner).
Orang tua harus bisa mendidik anak sejak dini untuk menjaga kekudusan dan kesucian keperawanan baik pada anak gadisnya sendiri maupun pada anak lelakinya agar tidak merusak kegadisan anak orang lain.
Orang tua harus mengingatkan anak lak-lakinya untuk menjauhi untuk merusak keperawanan pacarnya atau temanya dan menghormati sebagaimana adik atau mamanya sendiri, bahkan mencegah teman-temannya untuk melakukan hal yang bisa mendatangkan murka Allah.
Pacaran yang baik dan berkenan pada Allah adalah suatu ibadah dan merupakan suatu ujian iman. Orang tua harus berani menasehatkan teman anak-anaknya dan teman-temannya sendiri tentang kudusnya suatu perkawinan dan menjaga kegadisan secara optimal.
Ciri-ciri anak-anak muda yang berkenan dan sahabat Allah adalah :
1. Menjaga dirinya sendiri jangan tercemar.
2. Jangan mudah percaya dengan bujuk rayu.
3. Jangan mudah percaya dengan kata-kata manis dan penampilan.
4. Bertanya pada Tuhan siapa yang bakal pacarnya dan siapa yang bakal pasangannya.
5. Menjaga temannya agar jangan terjerumus pergaulan bebas.
6. Mengingatkan teman-temannya agar jangan merusak kegadisan seseorang itu berarti berjiwa SATRIA.
Yak. 4:17 : “Jadi jika seorang tahu bagaimana ia harus berbuat baik, tetapi ia tidak melakukannya, ia berdosa”.
7. Pentingnya suatu kelompok/lingkungan dan komunitas yang benar dan takut akan Tuhan.
1 Korintus 15:33 : “Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik”.
8. Buah pengetahuan baik dan buruk zaman sekarang adalah keingin-tahuan soal dunia hura-hura/disco dan mabuk-mabukan, obat-obat bius dan pergaulan bebas (dugem dan drug).
9. Tuhan membutuhkan pahlawan-pahlawan muda dalam pergaulan anak-anak muda yang kudus dan berkenan.
10. Bagi seorang gadis carilah teman yang laki-laki walaupun bukan pacar yang bersifat SATRIA dan pelajari sifat tersebut.
Imamat 21:13-15 :
13) “Ia harus mengambil seorang perempuan yang masih perawan”. 14) Seorang janda atau perempuan yang telah diceraikan atau yang dirusak kesuciannya atau perempuan sundal, janganlah diambil, melainkan harus seorang perawan dari antara orang-orang sebangsanya, 15) supaya jangan ia melanggar kekudusan keturunannya di antara orang-orang sebangsanya, sebab Akulah TUHAN, yang menguduskan dia."
(Sumber: Majalah ROF edisi 5)
(http://gbu-best.org/beta/berita-145-etika-berpacaran-dan-arti-kegadisan-seri-1.html )